Oleh: El-Nisa
Djogja,14
Januari 2009
Kota kecil ini adalah kota kelahiran
seorang Kanzun El-Jazira yang biasa di panggil dengan Elza.Seorang anak yang
tak pernah mengenal kata putus asa dalam hidupnya.Di Kota kecil ini pula,ia
hidup dengan seorang ayah dan adiknya yang masih duduk di bangku sekolah
dasar.Di samping sekolah, ia pun membantu ayahnya yang hanya seorang tukang
becak dengan berjualan nasi bungkus di emperan stasiun tugu setiap sore.
"Yah,Elza
berangkat dulu..”pamit Elza ketika ia hendak menjua nasi-nasinyayang telah
selesai di bungkusnya.
“o,Iya
nak,hati-hati di jalan ya…”Pesan ayahnya yang sedang membersihkan becaknya.Elza
pun mencium tangan ayahnya
“assalammu’alaikum”
“Wa’alaikum
ssalam,nak”.Elzapun mengkayuh sepeda buntutnya menjauhi rumah kecil yang ia
tinggali.
***
“Elza,5 bungkus
ya…” pinta seorang ibu –ibu yang telah menjadi pelanggannya sejak ½ tahun yang
lalu.
“nih bu’
nasinya, hm…sore ini ibu mau kemana?Kok rapi banget?”Elza pun membuka pembicaraan.
“Ibu mau ke
Solo,hm…kamu mau nitip apa?”.Elza hanya menggeleng.
“Makasih
Bu..”kata Elza malu-malu,Ibu itupun hanya tersenyum.
“ya sudah,kalau
begitu,Ibu duluan ya..”Elza hanya mengangguk dan tersenyum.
“Assalammu’alaikum..”pamit
ibu itu
“Wa’alaikumsalam”Elza
hanya memandangi punggung ibu itu hingga tenggelam di tikungan.Sedikit kemudian
Ia pun menunduk.
“Andai itu
ibuku…”gumamnya
Djogja 30 Mei
2005
Pagi ini,mendung
menyelimuti Djogja.Angin pun tak ingin kalah dengan mendung,dan dengan kuatnya
ia menampar pepohonan di sepanjang jalan.
“Elza…ayah
mana?” Tanya seorang wanita paruh baya kepada anaknya
“ayah ke toko
bu”terang Elza
“ke toko emas
kita?” ibu masih meminta keterangan yang jelas.
Elza hanya
menanggapinya dengan anggukan,karena ia sedang sibuk dengan novelnya.Ibupun
mendekati putrid pertamanya.
“Elza,kamu jaga
adik kamu ya! Ibu mau pergi sebentar.”pamit ibunya.Seketika itu,Elzapun menutup
novelnya.
“Ibu mau kemana?
Mau nyusul ayah?”Tanya Elza beruntun,Ibu hanya menggeleng.
“Ibu ada janji
dengan klien didaerah Klaten.”terangnya
“Hah!!! Klaten?!
Bu,cuaca lagi mendung,ntar kalau terjadi apa-apa gimana?”Tanya Elza resah
“ga akan terjadi
apa-apa sayang,yakin sama ibu”.Ibu pun mencoba meyakinkan putrinya
“Tapi Bu..”
“Percaya sama
ibu,lagipula Klaten hanya setengah jam dari Djogja”.Putus ibu.’OK!!sekarang
kamu jaga adek kamu ya,Ibu mau pergi sebentar,Assalamu’alaikum.. “pamit ibu
“Wa’alaikumussalam”jawab
Elza
Setelah seperempat
jam berlalu,telp rumah Elzapun bordering
“Halo…iya ini
dikediaman Pak Rudi,ada apa ya Pa?
Apa?toko Emas
terbakar?Kok bisa Pak? Astagirullah…tersambar petir ….iya pa’ …iya
..terimakasih ya pa’.Wa’alikumssalam”.Sambugnan pun terputus.Elza pun mencoba
menenangkan hatinya.Sedetik kemudian ia pun memencet beberapa angka dengan Hp
nya.
“Halo…bu…toko
emas kita kebakaran bu…Alhamdulillah ayah selamat.Sekarang di rumah sakit,”
“ibu segera kesana nak,”
Setelah menutup telpon, Elza pun kebingungan
dan resah menunggu ibunya yang akan kembali.2 Jam telah berlalu,namun ibu Elza
pun tak kunjung tiba.
Elza telah
menghubunginya berkali-kali namun jaringan selalu sibuk.Hingga akhirnya ia pun
memutuskan pergi dengan adiknya menuju rumah sakit tanpa ibunya.
Sesampainya di
rumah sakit elza yang saat itu masih duduk di bangkuSMP kelas 2 hanya dapat
memandang ayahnya yang sedang berbaring dengan mata tertutup.
“Mba..itu ayah
…ayah…”Ratih adik Elza yang baru masuk TK pun menangis melihat keadaan sang
ayah.Elza hanya bisa mendekapnya dalam pelukannya.
“Adik jangan
nangis,ayah pasti sembuh koq…”kata Elza yang mencoba untuk menenangkan
adiknya.Sambil menunggu ayahnya,Elza pun mengajak Ratih untuk menunggu diruang
tunggu berfasilitas televise yang kebetulan sedang menyiarkan berita. Di tempat
itu pula mata Elza pun menerawang jauh,hingga suara bising di sekiternya tak
lagi di hiraukannya.Namun sebuah tarikan kecil dari Ratih membuyarkan semua
lamunannya “Mba…itu kaya’ ibu mba…”
“Mana..?”Elzapun
telingukanmelihat pintu rumah sakit
“itu mba….di
TV…”sejurus kemudian mata Elzapun terpaku melihat sebuah kecelakaan kereta api
jurusan Solo-Djogja.Dilihatnya seoarang ibu yang terkapar dan berluuran darah
mengenakan baju persis yang dikenakan ibunya saatberangkat ke Klaten.
“Mbak…Mbak…udah
malem mbak…”lamunan Elza pun buyar oleh tepukan di bahu penjaga stasiun.
“E..pak satpam
ada apa pa?”
“ini sudah
malam,kamu ndak pulang? Elzapun membereskan jualannya yang belum terjual.
“E..mbak, saya
boleh beli nasinya gak ?,”Elza pun tersenyum sambil mengambil dua bungkus nasi
dan diberikannya kepada pak satpam itu.
“ini buat bapak,
uangnya disimpan saja ,”
“bener nih ?,”
Elza mengangguk
“makasih
ya..semoga Allah selalu melindungi orang
sebaik kamu nak,”doa pak satpam
“Amienn,”Elza
pun berlalu pulang.
***
“assalamu
alikum..,”salam Elza sesampainya diambng pintu
“waalikum salam
mba..,”Ratih berlari menuju kakaknya. “mba... ayah belum pulang.. Ratih takut
terjadi apa-apa”
“Insya Allah
tidak akan terjadi apa-apa dik, sekarang kamu tidur ya, besok kan sekolah..”
Ratih pun hanya mengangguk dan menuruti permintaan kakaknya.
Malam itu juga,
Elza pun menunaikan shalat tahajjud beserta dzikir dan doa.
Tuhan…
Hidup dan matiku adalah kuasa-Mu
Mimpi dan nyataku adalah ridho-Mu
Jatuh dan bangnku adalah cobaan-Mu
Aku tlah berusaha berjalan selurus mungkin
Namun aku tak lupa
Bahwa Kau-lah sang Penentu
Dan kini aku tlah pasrah dalam kuasa-Mu tuk Kau
tentukan lagi takdirku
Hingga mentari kembali menyapaku
***
Subuh
menyapa..., embunpun masih temani dedaunan yang enggan tuk bergerak jika tak
disentuh oleh angin. Mentari pun masih enggan untuk menghangatkan dunia.
Keadaan yang tenang itu tak seperti hati Elza yang resah karena ayahnya belum
juga kembali sejak kerja kemarin sore.
“ mba, ayh udah
datang ya?”Elza pun menghampiri adiknya yang telah mengenakan seragam merah
putih.
“belum, mungkin
sebentar lagi ayah akan pulang, sekarang Ratih makan terus barangkat sekolah
ya..” Elza pun menggandeng Ratih menuju ke meja makan. Satu jam telah berlalu,
Ratih pun telah berangkat sekolah, kini Elza memutuskan unutk tidak masuk
sekolah dan memilih untuk berjualan.
Stasiun Tugu…
“Elza !! kamu
koq ga’ sekolah ?” kepala elza pun
mendongak dan mendapatkan seorang wanita
paruh baya tengah berdiri di depannya
yang tak lain adalah pelangganya
yang baru pulang dari Solo
“ibu kamu mana
?”
“ibu saya
meninggal “
“kalau ibu boleh
tau,siapa nama ayah kamu ? insyaallah jika ibu bisa membantu akan ibu bantu
“jelasnya
“namanya pak Rudi Santoso”ibu pun terlihat berfikir
“Rudi? Pak Rudi
yang punya toko emas itu kan ? Elza manganggik
“tapi sejak 4 tahun yang lalu tokokami terbakar ,dan kami
terpaksa pindah rumah dikarenakan kita
tidak puny uang lagi buat ganti rugi “
“ ibu paham
Elza…e..mending kamu pulang sekarang
terus belajar…o,iya ini ibu punya
sesuatu buat kamu .”pedagang itu pun menyodorkan sebuah bingkisan pada Elza
“ini apa
bu’….ga’ usah repot-repot.”
Sudah terima saja, sekarang kamu pulang, anggap saja ibu
sudah membelinya.” Kata sang pelanggan sambil menyodorkan uang dua ratus ribu
,Elza pun menyalami tangan ibu itu
“terima kasih
ibu “
“iya
nak,sekarang kamu pulang yah..”akhirnya Elza pun menuruti perintah ibu paruh
baya itu.
Sesampainya Elza
di depan rumahnya, ia pun heran dengan sebuah mobil yang terparkir di depan
rumahnya. Sejurus ia pun memandang rumahnya yang tertup,akhirnya ia pun
mengayunkan langkah menuju rumahnya , terlihat seorang lelaki berjes yang ssedang
duduk di atas kursi kayu.
“Assalamualaikum..,”Elza
memberanikan diri member salam .
laki-laki itupun memandangnya
“waalikum
salam..,”mata Elza langsung tertuju pada pintu dapur. Terlihat Ayanhnya yang
tersenyum padanya.
“Ayah !!!,”Elza
berlari dan memeluk Ayahnyatangisnya pun tak tertahankan hingga akhirnya kedua
pipinya terbasahi oleh tangisannya
“Ayah dari mana
? Elza takut terjadi apa-apa dengan Ayah..”
Ayanhnya hanya tersenyum. Sedetik
kemudia Elza pun menuruti isyarat Ayanhnya untuk duduk.
“kamu ingat dengan beliau ?,”Tanya Ayahnya sambil
menunjuk laki-laki berjas yang duduk diddepannya, Elza menggeleng
“ini om Ferdi,
teman bisnis Ayah empat tahun yang lalu,”
“o..om Ferdi
?!,”Elza pun teringat saat om Ferdi member hadiah ultah lima tahun yang lalu
“emang ada apa
ya..koq om bisa ketemu Ayah lagi ??,”
“memang seorang
seperti Ayahmu tidak pernah melupakn trik-trik dalm bisnis,”Elza pun bingung
tak mengerti
“gara-gara
Ayahmu, kemarin om bisa mempertahankan kantor om yang hampir kena sita sama perusahaan
perak,”
“jadi, sebagai
tanda terima kasih om..insya Allah om akan membantu menebus rumah kalian dan
kalau Ayahmu mau kami bisa bekerja sama kembal..,”terang Om Ferdi yang membuat
Elza tersentak. Sejurus ia memandang
Ayahnya yang tersenyum padanya. Kembali
ia menitikan air mata harunya.Ya Allah terima kasih…
The End...
Assalwa Community