Assalwa Community

Premium WordPress Themes

Search

Senin, 22 September 2014

Kembali pulang..



Oleh: El-Nisa
Djogja,14 Januari 2009

                Kota kecil ini adalah kota kelahiran seorang Kanzun El-Jazira yang biasa di panggil dengan Elza.Seorang anak yang tak pernah mengenal kata putus asa dalam hidupnya.Di Kota kecil ini pula,ia hidup dengan seorang ayah dan adiknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar.Di samping sekolah, ia pun membantu ayahnya yang hanya seorang tukang becak dengan berjualan nasi bungkus di emperan stasiun tugu setiap sore.
"Yah,Elza berangkat dulu..”pamit Elza ketika ia hendak menjua nasi-nasinyayang telah selesai di bungkusnya.
“o,Iya nak,hati-hati di jalan ya…”Pesan ayahnya yang sedang membersihkan becaknya.Elza pun mencium tangan ayahnya
“assalammu’alaikum”
“Wa’alaikum ssalam,nak”.Elzapun mengkayuh sepeda buntutnya menjauhi rumah kecil yang ia tinggali.
***

“Elza,5 bungkus ya…” pinta seorang ibu –ibu yang telah menjadi pelanggannya sejak ½ tahun yang lalu.
“nih bu’ nasinya, hm…sore ini ibu mau kemana?Kok rapi banget?”Elza pun membuka pembicaraan.
“Ibu mau ke Solo,hm…kamu mau nitip apa?”.Elza hanya menggeleng.
“Makasih Bu..”kata Elza malu-malu,Ibu itupun hanya tersenyum.
“ya sudah,kalau begitu,Ibu duluan ya..”Elza hanya mengangguk dan tersenyum.
“Assalammu’alaikum..”pamit ibu itu
“Wa’alaikumsalam”Elza hanya memandangi punggung ibu itu hingga tenggelam di tikungan.Sedikit kemudian Ia pun menunduk.
“Andai itu ibuku…”gumamnya

Djogja 30 Mei 2005
Pagi ini,mendung menyelimuti Djogja.Angin pun tak ingin kalah dengan mendung,dan dengan kuatnya ia menampar pepohonan di sepanjang jalan.
“Elza…ayah mana?” Tanya seorang wanita paruh baya kepada anaknya
“ayah ke toko bu”terang Elza
“ke toko emas kita?” ibu masih meminta keterangan yang jelas.
Elza hanya menanggapinya dengan anggukan,karena ia sedang sibuk dengan novelnya.Ibupun mendekati putrid pertamanya.
“Elza,kamu jaga adik kamu ya! Ibu mau pergi sebentar.”pamit ibunya.Seketika itu,Elzapun menutup novelnya.
“Ibu mau kemana? Mau nyusul ayah?”Tanya Elza beruntun,Ibu hanya menggeleng.
“Ibu ada janji dengan klien didaerah Klaten.”terangnya
“Hah!!! Klaten?! Bu,cuaca lagi mendung,ntar kalau terjadi apa-apa gimana?”Tanya Elza resah
“ga akan terjadi apa-apa sayang,yakin sama ibu”.Ibu pun mencoba meyakinkan putrinya
“Tapi Bu..”
“Percaya sama ibu,lagipula Klaten hanya setengah jam dari Djogja”.Putus ibu.’OK!!sekarang kamu jaga adek kamu ya,Ibu mau pergi sebentar,Assalamu’alaikum.. “pamit ibu
“Wa’alaikumussalam”jawab Elza
Setelah seperempat jam berlalu,telp rumah Elzapun bordering
“Halo…iya ini dikediaman Pak Rudi,ada apa ya Pa?
Apa?toko Emas terbakar?Kok bisa Pak? Astagirullah…tersambar petir ….iya pa’ …iya ..terimakasih ya pa’.Wa’alikumssalam”.Sambugnan pun terputus.Elza pun mencoba menenangkan hatinya.Sedetik kemudian ia pun memencet beberapa angka dengan Hp nya.
“Halo…bu…toko emas kita kebakaran bu…Alhamdulillah ayah selamat.Sekarang di rumah sakit,”
 “ibu segera kesana nak,”
 Setelah menutup telpon, Elza pun kebingungan dan resah menunggu ibunya yang akan kembali.2 Jam telah berlalu,namun ibu Elza pun tak kunjung tiba.
Elza telah menghubunginya berkali-kali namun jaringan selalu sibuk.Hingga akhirnya ia pun memutuskan pergi dengan adiknya menuju rumah sakit tanpa ibunya.
Sesampainya di rumah sakit elza yang saat itu masih duduk di bangkuSMP kelas 2 hanya dapat memandang ayahnya yang sedang berbaring dengan mata tertutup.
“Mba..itu ayah …ayah…”Ratih adik Elza yang baru masuk TK pun menangis melihat keadaan sang ayah.Elza hanya bisa mendekapnya dalam pelukannya.
“Adik jangan nangis,ayah pasti sembuh koq…”kata Elza yang mencoba untuk menenangkan adiknya.Sambil menunggu ayahnya,Elza pun mengajak Ratih untuk menunggu diruang tunggu berfasilitas televise yang kebetulan sedang menyiarkan berita. Di tempat itu pula mata Elza pun menerawang jauh,hingga suara bising di sekiternya tak lagi di hiraukannya.Namun sebuah tarikan kecil dari Ratih membuyarkan semua lamunannya “Mba…itu kaya’ ibu mba…”
“Mana..?”Elzapun telingukanmelihat pintu rumah sakit
“itu mba….di TV…”sejurus kemudian mata Elzapun terpaku melihat sebuah kecelakaan kereta api jurusan Solo-Djogja.Dilihatnya seoarang ibu yang terkapar dan berluuran darah mengenakan baju persis yang dikenakan ibunya saatberangkat ke Klaten.
“Mbak…Mbak…udah malem mbak…”lamunan Elza pun buyar oleh tepukan di bahu penjaga stasiun.
“E..pak satpam ada apa pa?”
“ini sudah malam,kamu ndak pulang? Elzapun membereskan jualannya yang belum terjual.
“E..mbak, saya boleh beli nasinya gak ?,”Elza pun tersenyum sambil mengambil dua bungkus nasi dan diberikannya kepada pak satpam itu.
“ini buat bapak, uangnya disimpan saja ,”
“bener nih ?,” Elza mengangguk
“makasih ya..semoga  Allah selalu melindungi orang sebaik kamu nak,”doa pak satpam
“Amienn,”Elza pun berlalu pulang.
***
“assalamu alikum..,”salam Elza sesampainya diambng pintu
“waalikum salam mba..,”Ratih berlari menuju kakaknya. “mba... ayah belum pulang.. Ratih takut terjadi apa-apa”
“Insya Allah tidak akan terjadi apa-apa dik, sekarang kamu tidur ya, besok kan sekolah..” Ratih pun hanya mengangguk dan menuruti permintaan kakaknya.
Malam itu juga, Elza pun menunaikan shalat tahajjud beserta dzikir dan doa.
                Tuhan…
                Hidup dan matiku adalah kuasa-Mu
Mimpi dan nyataku adalah ridho-Mu
Jatuh dan bangnku adalah cobaan-Mu
Aku tlah berusaha berjalan selurus mungkin
Namun aku tak lupa
Bahwa Kau-lah sang Penentu
Dan kini aku tlah pasrah dalam kuasa-Mu tuk Kau tentukan lagi takdirku
Hingga mentari kembali menyapaku
***
Subuh menyapa..., embunpun masih temani dedaunan yang enggan tuk bergerak jika tak disentuh oleh angin. Mentari pun masih enggan untuk menghangatkan dunia. Keadaan yang tenang itu tak seperti hati Elza yang resah karena ayahnya belum juga kembali sejak kerja kemarin sore.
“ mba, ayh udah datang ya?”Elza pun menghampiri adiknya yang telah mengenakan seragam merah putih.
“belum, mungkin sebentar lagi ayah akan pulang, sekarang Ratih makan terus barangkat sekolah ya..” Elza pun menggandeng Ratih menuju ke meja makan. Satu jam telah berlalu, Ratih pun telah berangkat sekolah, kini Elza memutuskan unutk tidak masuk sekolah dan memilih untuk berjualan.
                Stasiun Tugu…
“Elza !! kamu koq  ga’ sekolah ?” kepala elza pun mendongak  dan mendapatkan seorang wanita paruh baya tengah berdiri di depannya  yang tak lain adalah  pelangganya yang baru pulang dari Solo                          
“ibu kamu mana ?”
“ibu saya meninggal “
“kalau ibu boleh tau,siapa nama ayah kamu ? insyaallah jika ibu bisa membantu akan ibu bantu “jelasnya
“namanya  pak Rudi Santoso”ibu pun terlihat berfikir
“Rudi? Pak Rudi yang punya toko emas itu kan ? Elza manganggik
“tapi sejak  4 tahun yang lalu tokokami terbakar ,dan kami terpaksa pindah rumah  dikarenakan kita tidak puny uang lagi buat ganti rugi “
“ ibu paham Elza…e..mending kamu pulang  sekarang terus belajar…o,iya  ini ibu punya sesuatu buat kamu .”pedagang itu  pun  menyodorkan  sebuah bingkisan pada Elza
“ini apa bu’….ga’ usah repot-repot.”
Sudah terima   saja, sekarang kamu pulang, anggap saja ibu sudah membelinya.” Kata sang pelanggan sambil menyodorkan uang dua ratus ribu ,Elza pun menyalami tangan ibu itu                                         
“terima kasih ibu “
“iya nak,sekarang kamu pulang yah..”akhirnya Elza pun menuruti perintah ibu paruh baya itu.
Sesampainya Elza di depan rumahnya, ia pun heran dengan sebuah mobil yang terparkir di depan rumahnya. Sejurus ia pun memandang rumahnya yang tertup,akhirnya ia pun mengayunkan langkah menuju rumahnya , terlihat seorang lelaki berjes yang ssedang duduk di atas kursi kayu.
“Assalamualaikum..,”Elza memberanikan diri member salam .  laki-laki itupun memandangnya
“waalikum salam..,”mata Elza langsung tertuju pada pintu dapur. Terlihat Ayanhnya yang tersenyum padanya.
“Ayah !!!,”Elza berlari dan memeluk Ayahnyatangisnya pun tak tertahankan hingga akhirnya kedua pipinya terbasahi oleh tangisannya
“Ayah dari mana ? Elza takut terjadi apa-apa dengan Ayah..”  Ayanhnya hanya tersenyum.  Sedetik kemudia Elza pun menuruti isyarat Ayanhnya untuk duduk.
“kamu ingat  dengan beliau ?,”Tanya Ayahnya sambil menunjuk laki-laki berjas yang duduk diddepannya, Elza menggeleng
“ini om Ferdi, teman bisnis Ayah empat tahun yang lalu,”
“o..om Ferdi ?!,”Elza pun teringat saat om Ferdi member hadiah ultah lima tahun yang lalu
“emang ada apa ya..koq om bisa ketemu Ayah lagi ??,”
“memang seorang seperti Ayahmu tidak pernah melupakn trik-trik dalm bisnis,”Elza pun bingung tak mengerti
“gara-gara Ayahmu, kemarin om bisa mempertahankan kantor om yang hampir kena sita sama perusahaan perak,”

“jadi, sebagai tanda terima kasih om..insya Allah om akan membantu menebus rumah kalian dan kalau Ayahmu mau kami bisa bekerja sama kembal..,”terang Om Ferdi yang membuat Elza tersentak.  Sejurus ia memandang Ayahnya yang tersenyum padanya.  Kembali ia menitikan air mata harunya.Ya Allah terima kasih…
The End...