Oleh: aNNiSa wIdYANi
“Bu,
bolehkab Martha tahu dimana ayah sekarang ?”
Tanya
seorang lelaki kepada ibunya.
“untuk apa
kamu tahu tentang ayahmu, ibu Cuma berharap kamu akan menjadi pemain biola yang
handal kelak, karena bagi ibu, martha adalah cerminan ayah, karena disetiap
aliran darahmu, mengalir darah seni di dalamnya.” Tandas ibu.
“Maksud ibu
apa ? Martha semakin tidak mengerti? Bu….. sekarang Martha dapat mengerti
tentang kehidupan, jadi sekarang ibu dapat menceritakannya pada Martha.” Ibu
pun bernapas panjang.
“baiklah……19
th yang lalu, ibu tinggal di polandia bersama nenek kamu, suatu hari ibu
menerima sebuah tiket pertunjukan music dari teman ibu yang kebetulan dia diundang
langsung oleh pemain biola itu yang kebetulan pula dia adalah temannya, pemain
biola itu adalah Martino Fernandes……ayahmu.
Setelah
pertunjukan selesai, teman ibu mengajak ibu menuju ke belakang state. Di
sanalah pertama kalinya ibu berkenalan dengan ayahmu. Dan sejak pertemuan itu,
kami jadi sering bertemu. Hingga akhirnya, satu tahun kemudian ayahmu
mengundang ibu untuk sebuah dinner. Dan diakhir dinner itu, ayahmu pun
melantunkan sebuah lantunan music denga biolanya. Setelah selesai menggesekkan
senar-senar biolanya, diapun berkata.
“ balada
irlandice…., ini adalah karya ku untuk yang pertama kali, dan aku pernah
berjanji pada diri ku sendiri bahwa aku akan memainkan balada irlandice saat
aku kan melamar seseorang .“
Dan benar
saja, dia pun melamar ibu 2 hari kemudian. Lalu setahun lebih pun berlalu dan
lahirlah kamu. Namun selang beberapa bulan setelah kelahiran kamu, ayahmu jadi
jarang dirumah, hingga suatu saat, diapun menghilang untuk selamanya dan hanya
meninggalkan sepucuk surat yang berisi kata “maaf aku tidak dapat lagi
menemanimu beserta Martha kecil kita…..” dan sejak saat itu, tbu memutuskan
untuk balik ke Indonesia. Dengan merawat kamu sendiri.”
Seketika itu
ruangan pun senyap….
“bu…. Sekarang
ayah dimana?” Tanya Martha
“hm…entalah,
sejak saat itu, ibu ta’ pernah tahu kabar ayahmu, namun kabar terakhir yang ibu
terima adalah dia berada di
Indonesia”terang ibu.
“ Apakah
Martha pantas untuk membencinya?” Tanya Martha ragu.
“ jangan,
karena walau bagaimanapun, dia tetap ayahmu.”
“ Bu. Apakah
Martha boleh melantunkan balada irlandice saat penamipilan perdana Martha?
Martha pun mula I tertarik dengan lantunan irlandice. Ibu ragu , sejenak ia
melihat mata Martha, erdapan keinginan dan kesungguhan disana.
“mungkin
kini adalah saatmu untuk menunjukkan lantunan balada irlandice itu pada dunia”.
Sedetik kemudian Martha pun membiaskan senyumnya yang menimbulkan lekukan kecil
di kedua pipinya.
JJJ
Satu jam
lagi pertunjukkan akan segera dimulai, namun terlihat di bangku penonton telah
penuh sesak oleh ratusan penonton.
“ Bu…..
Martha minta do’anya ya. “
“insya
Allah, ibu akan selalu mendo’akan setiap langkahmu.”
Ratusan
penonton yang memenuhi tempat itu. Beberapa lantunan music telah di
lantunkannya, dan kini inilah yang di tunggu-tunggu oleh penonton, music
terakhir yang akan dilantunkannya.
“lagu
terakhir ini ku tunjukan kepada seseorang yang ta’ pernah ku kenal, namun aku begitu
menyayanginya……”
Lalu balada
irlandice pun terlantun , semua mata pun tertuju pada Martha , lagu itu
terlantun begitu indah, syahdu, persis ketika seorang Martha Ternandes
melantunkannya.
[[[
Setelah
pertunjukkan selesai, Martha pun langsung diwawancarai oleh berbagai stasiun
itu. Setelah selesai wawancara, seorang lelaki berstelan jas pun menghampirinya
dengan tongkat di tangannya.
“maaf,
apakah anda Martino d’lucio? “ Martha pun terhenyak seketika, karena selama ini
tidak ada yang tahu nama panjangnya kecuali ibunya.
“ iya,
e…maaf anda ini siapa? Apakah saya pernah berkenalan dengan anda sebelumnya?”
seketika itu lelaki itu pun berkaca-kaca.
“
Maaf….selama ini ayah telah meninggalkanmu dan juga ibumu karena keinginan ayah
semata. Saat itu, ayah meninggalkan kalian karena ayah hanya menginginkan
ketenaran.”
Martha pun
tertunduk.” Kau boleh marah pada ayah, ayah dapat menerimanya.” Tandas ayah,
sedetik kemudian Martha pun memeluk ayahnya.
“ Sudahlah,
biarkan itu menjadi masa lalu”. Kata Martha bijak, ayahnya pun tersenyum.
“e,….Maaf
bolehkah saya meminta sesuatu pada anda?”
“tentu saja,
apapun yang kau inginkan insya Allah ayah akan berikan untukmu.”
“ Izinkan
Martha memanggil anda dengan sebutan ayah, karena selam ini, saya tidak pernah
memanggil seseorang dengan sebutan itu.”
Ayahnya pun
hanya dapat mengangguk dan menahan isaknya. Senyum Martha pun menghiasi bola
matanya yang biru.
“Ayah…………………………………..
THE END
Assalwa Community