Assalwa Community

Premium WordPress Themes

Search

Senin, 22 September 2014

Balada Irlandice


Oleh: aNNiSa wIdYANi
“Bu, bolehkab Martha tahu dimana ayah sekarang ?”
Tanya seorang lelaki kepada ibunya.
“untuk apa kamu tahu tentang ayahmu, ibu Cuma berharap kamu akan menjadi pemain biola yang handal kelak, karena bagi ibu, martha adalah cerminan ayah, karena disetiap aliran darahmu, mengalir darah seni di dalamnya.” Tandas ibu.
“Maksud ibu apa ? Martha semakin tidak mengerti? Bu….. sekarang Martha dapat mengerti tentang kehidupan, jadi sekarang ibu dapat menceritakannya pada Martha.” Ibu pun bernapas panjang.
“baiklah……19 th yang lalu, ibu tinggal di polandia bersama nenek kamu, suatu hari ibu menerima sebuah tiket pertunjukan music dari teman ibu yang kebetulan dia diundang langsung oleh pemain biola itu yang kebetulan pula dia adalah temannya, pemain biola itu adalah Martino Fernandes……ayahmu.
Setelah pertunjukan selesai, teman ibu mengajak ibu menuju ke belakang state. Di sanalah pertama kalinya ibu berkenalan dengan ayahmu. Dan sejak pertemuan itu, kami jadi sering bertemu. Hingga akhirnya, satu tahun kemudian ayahmu mengundang ibu untuk sebuah dinner. Dan diakhir dinner itu, ayahmu pun melantunkan sebuah lantunan music denga biolanya. Setelah selesai menggesekkan senar-senar biolanya, diapun berkata.
“ balada irlandice…., ini adalah karya ku untuk yang pertama kali, dan aku pernah berjanji pada diri ku sendiri bahwa aku akan memainkan balada irlandice saat aku kan melamar seseorang .“
Dan benar saja, dia pun melamar ibu 2 hari kemudian. Lalu setahun lebih pun berlalu dan lahirlah kamu. Namun selang beberapa bulan setelah kelahiran kamu, ayahmu jadi jarang dirumah, hingga suatu saat, diapun menghilang untuk selamanya dan hanya meninggalkan sepucuk surat yang berisi kata “maaf aku tidak dapat lagi menemanimu beserta Martha kecil kita…..” dan sejak saat itu, tbu memutuskan untuk balik ke Indonesia. Dengan merawat kamu sendiri.”
Seketika itu ruangan pun senyap….
“bu…. Sekarang ayah dimana?” Tanya Martha
“hm…entalah, sejak saat itu, ibu ta’ pernah tahu kabar ayahmu, namun kabar terakhir yang ibu terima adalah  dia berada di Indonesia”terang ibu.
“ Apakah Martha pantas untuk membencinya?” Tanya Martha ragu.
“ jangan, karena walau bagaimanapun, dia tetap ayahmu.”
“ Bu. Apakah Martha boleh melantunkan balada irlandice saat penamipilan perdana Martha? Martha pun mula I tertarik dengan lantunan irlandice. Ibu ragu , sejenak ia melihat mata Martha, erdapan keinginan dan kesungguhan disana.
“mungkin kini adalah saatmu untuk menunjukkan lantunan balada irlandice itu pada dunia”. Sedetik kemudian Martha pun membiaskan senyumnya yang menimbulkan lekukan kecil di kedua pipinya.
JJJ
Satu jam lagi pertunjukkan akan segera dimulai, namun terlihat di bangku penonton telah penuh sesak oleh ratusan penonton.
“ Bu….. Martha minta do’anya ya. “
“insya Allah, ibu akan selalu mendo’akan setiap langkahmu.”
Ratusan penonton yang memenuhi tempat itu. Beberapa lantunan music telah di lantunkannya, dan kini inilah yang di tunggu-tunggu oleh penonton, music terakhir yang akan dilantunkannya.
“lagu terakhir ini ku tunjukan kepada seseorang yang ta’  pernah ku kenal, namun aku begitu menyayanginya……”
Lalu balada irlandice pun terlantun , semua mata pun tertuju pada Martha , lagu itu terlantun begitu indah, syahdu, persis ketika seorang Martha Ternandes melantunkannya.
[[[

Setelah pertunjukkan selesai, Martha pun langsung diwawancarai oleh berbagai stasiun itu. Setelah selesai wawancara, seorang lelaki berstelan jas pun menghampirinya dengan tongkat di tangannya.
“maaf, apakah anda Martino d’lucio? “ Martha pun terhenyak seketika, karena selama ini tidak ada yang tahu nama panjangnya kecuali ibunya.
“ iya, e…maaf anda ini siapa? Apakah saya pernah berkenalan dengan anda sebelumnya?” seketika itu lelaki itu pun berkaca-kaca.
“ Maaf….selama ini ayah telah meninggalkanmu dan juga ibumu karena keinginan ayah semata. Saat itu, ayah meninggalkan kalian karena ayah hanya menginginkan ketenaran.”
Martha pun tertunduk.” Kau boleh marah pada ayah, ayah dapat menerimanya.” Tandas ayah, sedetik kemudian Martha pun memeluk ayahnya.
“ Sudahlah, biarkan itu menjadi masa lalu”. Kata Martha bijak, ayahnya pun tersenyum.
“e,….Maaf bolehkah saya meminta sesuatu pada anda?”
“tentu saja, apapun yang kau inginkan insya Allah ayah akan berikan untukmu.”
“ Izinkan Martha memanggil anda dengan sebutan ayah, karena selam ini, saya tidak pernah memanggil seseorang dengan sebutan itu.”
Ayahnya pun hanya dapat mengangguk dan menahan isaknya. Senyum Martha pun menghiasi bola matanya yang biru.
“Ayah…………………………………..


                                                     šTHE ENDœ