Oleh: Siska Nigtyas Prabasari
Ketakutan ini telah menjadi sebagian dari
hidupku. Kemanakah ku harus melangkahkan kaki ini ? tanpa arah yang jelas,
tanpa tujuan yang pasti. Inilah aku, aku
yang hidup dalam kebimbangan.
Kesendirian, kesunyian kini telah menjadi
teman akrabku. Entah apa yang terjadi..
“hey Key..tumben datang cepat, da angina pa
nih ?,”
“ye..datang pagi salah, datang siang salah,
trus aku mesti telat mulu ?,”
“key..don’t ngerep gitu dong!!take it
easy,”
Aku hanya diam mendengar ocehan
mereka. Ya Allah what should I do
?andaikan mereka dapat mendengarkan suara hatiku..andaikan mereka dapat mendengarkan tangisan dan
teriakanku.
“key..jam kosong nih, cabut yuk!!,”
“kemana
?,”tanyaku
“udah..ikut aja !,”
Hari-hari ku kuhabiskan bersama mereka,
bahagiaku terukir indah bersama eman-temanku.
“Key , kamu kenapa sih ?ga biasanya
kamu diem gini !Cerita donk kalo gi ada
masalah !” tegas Zena.
Memang… hanya Zena yang ngerti kesedihanku.Namun
hanya milikku dang a akan penah kuhabiskan kepada teman-temanku.
“makasih Zen.I haven’t matter.Aku Cuma ga
enak badan aja!”
Terduduk aku dalam keputusasaan ,menangis
dalam diam di suatu persimpangan jalan.Mencari dalam kerumunan,rasa resah dan gelisah
merayap masuk ke dalm diriku.Kakiku lelah letih tenaga terkuras habis,namun tak
kutemukan bayangan mereka dimanapun.
Ma...pa…Kenapa harus aku ?
PRAANK…Sudah berpuluh-puluh piring
karenanya.
Aku pun beranjak dari tempay tidurku,
kuayunkan langkahku menuju kamar orang tuaku.
Krrekk…kubuka pintu itu, pelan tapi pasti.
PLAAKKKK…Tangan itu mengahantam keras wajah
mamaku.
“Papaa…”Ucapku pilu.
“Keyla..!!!
aku tidak sanggup melihat ini
terus-terusan. Hatiku hancur.
“kenapa mama dan papa nggak pernah bisa ngertiin
Keyla ? keyla benci mama papa ! keyla
benci !!!,”
Aku bergegas meninggalkan rumah, tak
sanggup bertahan dengan semua ini
“Zen, dimana kamu ? ,”
“da dirumah Key, mang ada apa ? main aja
kesini !!,”
Ku tancap gas mobilku, melaju menuju rumah
Zena.
Kutangkap bayangan lembut seorang wanita
setengah baya duduk sambil mengusap rambut Zena penuh kasih sayang .Seketika
kuingat akan pahlawan hidupku di rumah .Tapi kini semua telah berubah tak
seperti yang kuharapkan.
“Mama…Ucapku lirih.
“Hey,Key!Kamu udah dating?”Sapa Zena.
“Selamat siang tante!”Sapa ku kepada Tante
Elfa,mama Zena.
“Keyla,sudah lama kamu gak main
kesini.Gimana kabar kamu?”Tanya Tante Elfa seketika.
“Alhamdullillah baikTante.Tan…Keyla boleh
ga nginep disini beberapa hari?”
“Apa Key?Kamu mau nginep di rumahku?Apa Aku
gak salah denger?”Ucap Zena kaget.
“Gak,koq kamu gak salah denger.”
“Keyla,boleh nginep disini,sekallian nemenin
Zen.”Terang Tante Elfa.
“Makasih Tan.”
Kurasakan kedamaian di rumah itu.Meskipunku
tahu,Zena sudah tidak punya Ayah.Ku sadari seharusnya ku bersyukur,namun waktu
telah mengubah segalanya.
“Key, aku tahu kamu lagi ada masala.”Ucap
Zena tiba-tiba.
Tak sanggup ku tahan asaku.Begitu dalam
penderitaan ku.
“Zenkamu bener.Aku memang lagi ada masalah.Aku
rasa rumah yangmenjadi tempat berteduh sudah berubah menjadi neraka.Mereka
selalu bertengkar.Aku sudah tidak tahan.”
“Key..gak seharusnya kamu lari dari
rumah.Bagaimabnapun juga,mereka adalah orngtuamu.”
Andai saja aku cukup rendah sehingga dapat
bertabya pada pepohonan.Andai saja aku cukup tingi untuk menggapai
mentari,untuk bertanya dan mengambil keputusan apa yang harus kulakukan. Mungkin benar apa kata
Zena,aku harus pulang. Aku tak boleh lari dari masalah lagi.
“zen makasih buat semuanya !, kurasa yang
kulakukan sekarang hanya menambah masalah untuk keluargaku”
“key..aku kan membantumu kapanpun kamu
butuh,”
Ku berjalan menelusuri waktu. Dalam pikirankuhanya memreka yang
tersisa..mama..papa..apa kabar kalian ?
Sesampaiku digerbang depan rumahku. Kuberanikan diri tuk memasukinya. Namuntak seperti yang kubayangkan. Suasana itu begitu asing. Kemana kedua orang tuaku ? kemana mereka
?beribu kemungkinan bermain dibenakku.
Untuk apa aku pulang kalau mereka tak ada ? aku mulai terisak. Kesendirian menyelimutiku.
“maaf dek… ada yang bisa saya bantu?”
Tiba-tiba suara itu terdengar tajam di telingaku. Sesosok laki-laki yang kurang lebih berumur 20
tahun itu mengejutkan diriku dari seluruh gerak-geriknya tak satupun yang aku
kenali.
“Hallo… apa ada yang bisa saya bantu”Tanya
bapak itu kembali
“Oh…maaf, Bapak siapa ya?”
“Saya…penghuni rumah ini dek, apakah ada yang bisa saya bantu?” ucap sekali
lagi.
“Bapak
penghuni rumah ini???” tanyaku tegas.” Iya, memangnya adek ada perlu apa
sama penghuni rumah ini ?”. Pak bukannya penghuni rumah ini Bp Raihan dan
Ny.Moza?
“o… maaf dek, kami disini dua hari yang
lalu , penghuni sebelumnya telah pergi, karena awalnya rumah ini disita untuk
melunasi hutang-hutang perusahaan.
Seberkas harapan yang tersirat seolah memberi kekuatan bagi jiwa namun kini hilang sirna…
“Tuhan what should I do?”…
Sirna sudah semua impian, ketika tubuhku
remuk hatiku hancur bersamaan dengan datangnya
cobaan ini. Kini diriku tinggal sebatang kara. Ku coba tuk
hubungi orang tuaku, namun… jaringan ponsel mereka selalu sibuk . dan akhirnya tinggalah aku sendiri..bersama
sepi.
Assalwa Community