Assalwa Community

Premium WordPress Themes

Search

Senin, 22 September 2014

Bersama sedih



Oleh: Siska Nigtyas Prabasari 

Ketakutan ini telah menjadi sebagian dari hidupku. Kemanakah ku harus melangkahkan kaki ini ? tanpa arah yang jelas, tanpa tujuan yang pasti.  Inilah aku, aku yang hidup dalam kebimbangan.
Kesendirian, kesunyian kini telah menjadi teman akrabku.  Entah apa yang terjadi..
“hey Key..tumben datang cepat, da angina pa nih ?,”
“ye..datang pagi salah, datang siang salah, trus aku mesti telat mulu ?,”
“key..don’t ngerep gitu dong!!take it easy,”
Aku hanya diam mendengar ocehan mereka.  Ya Allah what should I do ?andaikan mereka dapat mendengarkan suara hatiku..andaikan  mereka dapat mendengarkan tangisan dan teriakanku.
“key..jam kosong nih, cabut yuk!!,”
“kemana  ?,”tanyaku
“udah..ikut aja !,”
Hari-hari ku kuhabiskan bersama mereka, bahagiaku terukir indah bersama eman-temanku.
“Key , kamu kenapa sih ?ga biasanya kamu  diem gini !Cerita donk kalo gi ada masalah !” tegas Zena.
Memang… hanya Zena yang ngerti kesedihanku.Namun hanya milikku dang a akan penah kuhabiskan kepada teman-temanku.
“makasih Zen.I haven’t matter.Aku Cuma ga enak badan aja!”
Terduduk aku dalam keputusasaan ,menangis dalam diam di suatu persimpangan jalan.Mencari dalam kerumunan,rasa resah dan gelisah merayap masuk ke dalm diriku.Kakiku lelah letih tenaga terkuras habis,namun tak kutemukan bayangan mereka dimanapun.
Ma...pa…Kenapa harus aku ?
PRAANK…Sudah berpuluh-puluh piring karenanya.
Aku pun beranjak dari tempay tidurku, kuayunkan langkahku menuju kamar orang tuaku.
Krrekk…kubuka pintu itu, pelan tapi pasti.
PLAAKKKK…Tangan itu mengahantam keras wajah mamaku.
“Papaa…”Ucapku pilu.
“Keyla..!!!
aku tidak sanggup melihat ini terus-terusan.  Hatiku hancur.
“kenapa mama dan papa nggak pernah bisa ngertiin Keyla ? keyla benci  mama papa ! keyla benci !!!,”
Aku bergegas meninggalkan rumah, tak sanggup bertahan dengan semua ini
“Zen, dimana kamu ? ,”
“da dirumah Key, mang ada apa ? main aja kesini !!,”
Ku tancap gas mobilku, melaju menuju rumah Zena.
Kutangkap bayangan lembut seorang wanita setengah baya duduk sambil mengusap rambut Zena penuh kasih sayang .Seketika kuingat akan pahlawan hidupku di rumah .Tapi kini semua telah berubah tak seperti yang kuharapkan.
“Mama…Ucapku lirih.
“Hey,Key!Kamu udah dating?”Sapa Zena.
“Selamat siang tante!”Sapa ku kepada Tante Elfa,mama Zena.
“Keyla,sudah lama kamu gak main kesini.Gimana kabar kamu?”Tanya Tante Elfa seketika.
“Alhamdullillah baikTante.Tan…Keyla boleh ga nginep disini beberapa hari?”
“Apa Key?Kamu mau nginep di rumahku?Apa Aku gak salah denger?”Ucap Zena kaget.
“Gak,koq kamu gak salah denger.”
“Keyla,boleh nginep disini,sekallian nemenin Zen.”Terang Tante Elfa.
“Makasih Tan.”
Kurasakan kedamaian di rumah itu.Meskipunku tahu,Zena sudah tidak punya Ayah.Ku sadari seharusnya ku bersyukur,namun waktu telah mengubah segalanya.
“Key, aku tahu kamu lagi ada masala.”Ucap Zena tiba-tiba.
Tak sanggup ku tahan asaku.Begitu dalam penderitaan ku.
“Zenkamu bener.Aku memang lagi ada masalah.Aku rasa rumah yangmenjadi tempat berteduh sudah berubah menjadi neraka.Mereka selalu bertengkar.Aku sudah tidak tahan.”
“Key..gak seharusnya kamu lari dari rumah.Bagaimabnapun juga,mereka adalah orngtuamu.”
Andai saja aku cukup rendah sehingga dapat bertabya pada pepohonan.Andai saja aku cukup tingi untuk menggapai mentari,untuk bertanya dan mengambil keputusan apa  yang harus kulakukan. Mungkin benar apa kata Zena,aku harus pulang. Aku tak boleh lari dari masalah lagi.
“zen makasih buat semuanya !, kurasa yang kulakukan sekarang hanya menambah masalah untuk keluargaku”
“key..aku kan membantumu kapanpun kamu butuh,”
Ku berjalan menelusuri waktu.  Dalam pikirankuhanya memreka yang tersisa..mama..papa..apa kabar kalian ?
Sesampaiku digerbang depan rumahku.  Kuberanikan diri tuk memasukinya.  Namuntak seperti yang kubayangkan.  Suasana itu begitu asing.  Kemana kedua orang tuaku ? kemana mereka ?beribu kemungkinan bermain dibenakku.  Untuk apa aku pulang kalau mereka tak ada ? aku mulai terisak.  Kesendirian menyelimutiku.
“maaf dek… ada yang bisa saya bantu?” Tiba-tiba suara itu terdengar tajam di telingaku. Sesosok    laki-laki yang kurang lebih berumur 20 tahun itu mengejutkan diriku dari seluruh gerak-geriknya tak satupun yang aku kenali.
“Hallo… apa ada yang bisa saya bantu”Tanya bapak itu kembali
“Oh…maaf, Bapak siapa ya?”
“Saya…penghuni  rumah ini dek, apakah  ada yang bisa saya bantu?” ucap sekali lagi. 
“Bapak  penghuni rumah ini???” tanyaku tegas.” Iya, memangnya adek ada perlu apa sama penghuni rumah ini ?”. Pak bukannya penghuni rumah ini Bp Raihan dan Ny.Moza?
“o… maaf dek, kami disini dua hari yang lalu , penghuni sebelumnya telah pergi, karena awalnya rumah ini disita untuk melunasi hutang-hutang perusahaan.
      Seberkas harapan yang tersirat seolah memberi  kekuatan bagi jiwa  namun kini hilang sirna…
 “Tuhan what should I do?”…
Sirna sudah semua impian, ketika tubuhku remuk hatiku hancur bersamaan dengan datangnya  cobaan ini. Kini diriku tinggal sebatang kara. Ku  coba tuk  hubungi orang tuaku, namun… jaringan ponsel mereka selalu sibuk .  dan akhirnya tinggalah aku sendiri..bersama sepi.