Assalwa Community

Premium WordPress Themes

Search

Senin, 21 Juni 2010

Help Me ....!!!


Oleh : Hachimitsu Yashasii

Ketakutan ini telah menjadi sebagian dari hidupku.Kemanakah ku harus melangkahkan kaki ini ? tanpa arah yang jelas, tanpa tujua
yang pasti. Inilah aku, aku yang hidup dalam kebimbangan.
Kesendirian, kesunyian kini telah menjadi teman akrabku. Entah apa yang terjadi..
“hey Key..tumben datang cepat, da angin apa nih ?,”
“ye..datang pagi salah, datang siang salah, trus aku mesti telat mulu ?,”
“key..don’t ngerep gitu dong!!take it easy,”
Aku hanya diam mendengar ocehan mereka. Ya Allah what should I do ?andaikan mereka dapat mendengarkan suara hatiku..andaikan mereka dapat mendengarkan tangisan dan teriakanku.

“key..jam kosong nih, cabut yuk!!,”
“kemana ?,”tanyaku
“udah..ikut aja !,”
Hari-hari ku kuhabiskan bersama mereka, bahagiaku terukir indah bersama eman-temanku.
“Key , kamu kenapa sih ?ga biasanya kamu diem gini !Cerita donk kalo gi ada masalah !” tegas Zena.
Memang… hanya Zena yang ngerti kesedihanku.Namun hanya milikku dan ga akan penah kuhabiskan kepada teman-temanku.
“makasih Zen. no matter.Aku Cuma ga enak badan aja!”
Terduduk aku dalam keputus asaan ,menangis dalam diam di suatu persimpangan jalan.Mencari dalam kerumunan,rasa resah dan gelisah merayap masuk ke dalm diriku.Kakiku lelah letih tenaga terkuras habis,namun tak kutemukan bayangan mereka dimanapun.
Ma...pa…Kenapa harus aku ?
PRAANK…Sudah berpuluh-puluh piring karenanya.
Aku pun beranjak dari tempat tidurku, kuayunkan langkahku menuju kamar orang tuaku.
Krrekk…kubuka pintu itu, pelan tapi pasti.
PLAAKKKK…Tangan itu mengahantam keras wajah mamaku.
“Papaa…”Ucapku pilu.
“Keyla..!!!aku tidak sanggup melihat ini terus-terusan. Hatiku hancur.
“kenapa mama dan papa tidak pernah bisa ngertiin Keyla ? keyla benci mama papa ! keyla benci !!!,”
Aku bergegas meninggalkan rumah, tak sanggup bertahan dengan semua ini
“Zen, dimana kamu ? ,”
“da dirumah Key, mang ada apa ? main aja kesini !!,”
Ku tancap gas mobilku, melaju menuju rumah Zena.
Kutangkap bayangan lembut seorang wanita setengah baya duduk sambil mengusap rambut Zena penuh kasih sayang .Seketika kuingat akan pahlawan hidupku di rumah .Tapi kini semua telah berubah tak seperti yang kuharapkan.
“Mama…Ucapku lirih.
“Hey,Key!Kamu udah dating?”Sapa Zena.
“Selamat siang tante!”Sapa ku kepada Tante Elfa,mama Zena.
“Keyla,sudah lama kamu gak main kesini.Gimana kabar kamu?”Tanya Tante Elfa seketika.
“Alhamdullillah baikTante.Tan…Keyla boleh ga nginep disini beberapa hari?”
“Apa Key?Kamu mau nginep di rumahku?Apa Aku gak salah denger?”Ucap Zena kaget.
“Gak,koq kamu gak salah denger.”
“Keyla,boleh nginep disini,sekallian nemenin Zena.”Terang Tante Elfa.
“Makasih Tan.”
Kurasakan kedamaian di rumah itu.Meskipunku tahu,Zena sudah tidak punya Ayah.Ku sadari seharusnya ku bersyukur,namun waktu telah mengubah segalanya.
“Key, aku tahu kamu lagi ada masalah.”Ucap Zena tiba-tiba.
Tak sanggup ku tahan asaku.Begitu dalam penderitaan ku.
“Zen kamu bener.Aku memang lagi ada masalah.Aku rasa rumah yang menjadi tempat berteduh sudah berubah menjadi neraka.Mereka selalu bertengkar.Aku sudah tidak tahan.”
“Key..gak seharusnya kamu lari dari rumah.Bagaimabnapun juga,mereka adalah orngtuamu.”
Andai saja aku cukup rendah sehingga dapat bertanya pada pepohonan.Andai saja aku cukup tingi untuk menggapai mentari,untuk bertanya dan mengambil keputusan apa yang harus kulakukan. Mungkin benar apa kata Zena,aku harus pulang.
“zen makasih buat semuanya !, kurasa yang kulakukan sekarang hanya menambah masalah untuk keluargaku”
“key..aku kan membantumu kapanpun kamu butuh,”
Ku berjalan menelusuri waktu. Dalam pikirankuhanya memreka yang tersisa..mama..papa..apa kabar kalian ?
Sesampaiku digerbang depan rumahku. Kuberanikan diri tuk memasukinya. Namuntak seperti yang kubayangkan. Suasana itu begitu asing. Kemana kedua orang tuaku ? kemana mereka ?beribu kemungkinan bermain diotakku. Aku tak dapat pulang tanpa mereka dan tidak ada seorangpun yang menyadari kehadiranku disini.Tangisku semakin terisak,perlahan tapi pasti. Kesendirian menyelimutiku.
“maaf dek… ada yang bisa saya bantu?” Tiba-tiba suara itu terdengar tajam di telingaku. Sesosok laki-laki yang kurang lebih berumur 20 tahun itu mengejutkan diriku dari seluruh gerak-geriknya tak satupun yang aku kenali.
“Hallo… apa ada yang bisa saya bantu”Tanya bapak itu kembali
“Oh…maaf, Bapak siapa ya?”
“Saya…penghuni rumah ini dek, apakah ada yang bisa saya bantu?” ucap sekali lagi.
“Bapak penghuni rumah ini???” tanyaku tegas.” Iya, memangnya adek ada perlu apa sama penghuni rumah ini ?”. Pak bukannya penghuni rumah ini Bp Raihan dan Ny.Moza?
“o… maaf dek, kami disini dua hari yang lalu , penghuni sebelumnya telah pergi, karena awalnya rumah ini disita untuk melunasi hutang-hutang perusahaan.
Seberkas harapan yang tersirat seolah memberi kekuatan bagi jiwa namun kini hilang sirna… “God, what should I do?”…
Sirna sudah semua impian, ketika tubuhku remuk hatiku hancur bersamaan dengan datangnya cobaan ini. Kini diriku tinggal sebatang kara. Ku coba tuk hubungi orang tuaku, namun… jaringan ponsel mereka selalu sibuk .Asaku semakin menjadi-jadi
“PYARRR”suara pecahan mobilitu memalingkan pusat perhatianku.
“Innalillahi wainnalillahirraji’un…ucapku lirih.
Wanita separuh baya itu terkapar berlumuran darah.Terlihat seorang anak kecil menangis disamping tubuhnya dan memeluk erat dirinya.
“Ibu…jangan tinggalin Rayyando sendiri”ucap anak kecil itu memilukan
Tak lama setelah kejadian itu pihak kepolisian membawa jenazah ibu seorang anak kecil tersebut .”Ibu…!!!”teriak anak kecil itu sambil menangis berlari mengikuti mobil ambulance.
Akupun berlari mengikuti arah anak itu,karna ku tahu, takkan sanggup mengejar lajunya kecepatan ambulance.
“Tanjung…!!!”ucapku sambil memegang pundak anak kecil itu.
“Kakak siapa?” ucapnya pilu
Tak kuasa kutahan air mata ini,ku terik anak kecil itu,ku dekap erat dalam pelukanku.”Tanjung… kakak disini bersamamu…kamu jangan takut!”
Kamipun berjalan menelusuri terowongan-terowongan kota.”Kak..Tanjung lapar!” ucapnya lirih.
Ini..kakak ada nasi sama lauk pauknya ucapku sambil ku buka bungkus nasi tersebut dan kusuapinya.
Aku bersyukur, sebenarnya aku masih ada kartu ATM.
Hari-hari kulalui bersama anak itu. Aku sayang Tanjung . Tapi…ku coba tuk mandiri aku gak ingin pakai uang itu. Kami lalui hari-hari kami dengan berbagai tantangan. Kurasakan begitu susahnya mencari uang untuk sesuap nasi. Ku lihat anak itu, dia hebat , umur belum sampai 6 tahun tapi dia udah bisa andiri.
Ma… pa…kemanakah Keyla harus mencari? Keyla udah gak sanggup tanpa kakak berdua. Ya Allah yunjukkanlah diriku dimana orang tua ku?
“Kak…suara Tanjungpun membuyarkan lamunanku. “kak Tanjung pengin ketemu sama ibu!” ibu…. Kangen ga ya sama Tanjung? terharu ku dibuatnya.
“Tanjung…ibu baik-baik saja disana.Makanya sekarang Tanjung juga harus baik-baik disini.Biar ibu senang lihat Tanjug baik-baik saja”terang Keyla padaTanjung

Digubuk kecil ini,kami rajut kebahagiaan yang mungkin tak akan pernah dirasakan orang lain.Ku coba tuk aktifkan ponselku.Tertulis disana pesan dari Zena.
Key….kamu di mana ?udah hampir 4 bulan ga’ masuk sekolah ? sebenarnya apa yang terjadi ?
Aku ga’ mau ngerepotin zena lagi , ku ingin seperti Tanjung
Matahari mulai menampakkan sinarnya .ku dan Tanjung pun mulai beranjak dari gubuk mencari orang untuk sesuap nasi hari ini .
“Kak… kita mau cari uang kemana ? “Tanya Tanjung mengawali pembicaraan.
“Tanjung …..tanjung bantuin kakak ya! Entar kakak mau bantuin ibu–ibu yang sedang belanja di
Pasar”.Terang Keyla . Mungkin ….. hal ini sangatlah sulit buatku tapi…..aku yakin suatu saat akan aku temukan sebuah kebahagiaan .
Waktu kian berputar,hari demi hari silih berganti hingga suatu hari,kutemukan api itu membakar seluruh milik kami,gubuk kami dan harta kami.
Tanjung pun jatuh sakit karena susah bagi kami untuk mendapatkan uang untuk sesuap nasi.
Aku gak bisa terus-terusan seperti ini ,membiarkan Tanjung sakit-sakitan,batiku perih.
Kurengkuh tubuh mungi itu,ku coba beranikan diri tuk membawa Tanjung ke rumah sakit.
“Kak,Tanjung baik-baik saja !”ucapnya dengan senyum simpul.
“Tanjung kakak harus bawa kamu “ucapku tegas.
Sesampainya di rumah sakit Harapan ,dengan segera ku bawa Tanjung ke salah satu dokter spesialis yang sebelumnya pernah menjadi dokterku ketika aku sakit. Dokter itu adalah Dokter Hary.
“Kak Tanjung gak mau disuntik Tanjung takut!”
“Tanjung gak akan disuntik”Terangku
“Gimana dok..?”Tanyaku peuh harap.
“Maaf dek,adik adek terkena tipus ,dan harus segera diopname!TErang Doktor itu.
“Ya Allah…Opname!apa yang harus aku lakukan? Aku tak punya uang untuk biaya rumah sakit ini”batinku
“Dok gimana tentang biayanya? Apa aku bisa membayarnya berangsur?”
“Adek bisa membayarnya berangsur dalam jangka 1 minggu ini,jika tidak kami pihak rumah sakit tidak akan meneruskan perawatan adik anda” Terang Doktor itu.
“Terimakasih Dok” ucapku

Kujalani hariku dengan penuh tantangan.Kini…ku tlah mengerti akan artinya kemandirian. Ma…Pa…kemana lagi Keyla harus mencari?
“AWAS!!!”Tiba-tibaku dengar teriakan itu dari seberang jalan.Dan ternyata tanpa ku sadari ku tlah berada di tengah jalan raya,hingga benda yang begitu keras itu menghantam keras tubuhku. “Tanjung…”Ucapku.

Sudah dua hari ku terbaring lemas di rumah sakit tanpa sadarkan diri.Tiba-tba kurasakan sentuhan hangat dikepalaku yang membelai mesra rambutku.Ku angkat kepalaku perlahan didepanku berdiri seorang pria setengah baya tersenyum dengan wibawa kebapakannya. Berjuta pertanyaan menghujaniku..Benarkah itu papaku?batinkupun bergejolak
“Keyla…kamu dah sadar sayang?” suara itu benar-benar nyata,akupun bangun dari lamunan panjangku.
“papa…panggilku kemudian” papapun mendekap tubuhku erat.
“Maafkan papamu ini Key…ucap papaku tiba-tiba
Aku hanya bisa diam seribu bahasa.Ku tak mengerti dengan keadaanku saat ini.
“Tanjung..!!!”Dimana Tanjung?Dimana dia?”
“Tanjung baik-baik saja”terang papaku
“Dari mana papa tahu tentang Tanjung?”
“Tanjung ada sama mama kamu dirumah. Hari ni kamu sudah boleh pulang.”terang papaku. Rumah…pulang…mama?semua itu semakin membuatku bertanya-tanya.
Sesampainya di sebuah bangunan indah yang begitu asing bagiku.Terlihat disana ada Tanjung.