Oleh : Amany Hamidah
Namaku Anora Mirah, aku hidup dilingkungan yang aman damai dan tentram, Palestina. Disini aku dan keluargaku saling tolong-menolong dengan tetangga yang lain. Tetanggaku bukan hanya beragama Islam tetapi ada juga yang beragama Kristen dan bahkan Yahudi. Tapi keadaan mulai berubah saat ada berita tentang penyerangan yang dilakukan kaum yahudi terhadap beberapa negara Timur Tengah. Mulai saat itu kami tidak percaya kepada orang-orang Yahudi.
“mirah, cepat bereskan barang-barangmu !,”perintah ibuku dengan terburu-buru
“ada apa Bu ? untuk apa kita membereskan barang ? apa kita akan pindah ? kenapa ?,”tanyaku heran.
“Israel sudah menuju Palestina ! mereka juga akan menyerang kita !,”kata Ayahku panik
“mereka kan kesini ? apa tujuan mereka Bu,”tanyaku semakin penasaran
“sudah jelas mereka akan menjajah kita lalu mengusir kita !,”jawab Ibuku, beliau terlihat bingung dengan apa yang harus dia lakukan. Lalu aku membantu membereskan barang-barang. Diluar rumah aku bertanya-tanya kenapa ini harus menimpa kami ? mengapa mereka harus menyerang kami ? semua begitu membingungkan!!
“lantas, kita akan kemana Bu ? ,”tanyaku sambil menatap wajah Ibu lekat
“setidaknya kita harus mencari tempat yang lebih aman,”jawab Ibuku.
Kulihat kesedihan diwajahnya, mungkin dia bersedih karena kami bisa saja tidak akan kemabli kerumah.
Ayahku memutuskan untuk tinggal digudang yang terletak dibawah tanah.
Digudang itu , udara terasa panas pengap dan gelap. Meskipun lampu telah dinyalakan tapi suasana tetap remang-remang. Kami menyatu dengan barang-barang bekas yang berjumlah sangat banyak. Setelah resmi kami akan menetap digudang bawah tanah ini, aku membantu orang tuaku menata gudang untuk ditempati. Namun tiba-tiba paman Amir, teman Ayahku datang
“assalamualaikum..gawat..gawat Ahmad !!,”kata paman Amir tergopoh-gopoh.
“waalikumsalam..ada apa Amir ?,”tanya Ayahku
“mereka sudah sampai diperbatasan kota !,”jawab paman Amir
“apa ?!! baiklah sekarang kau cari tempat perlindungan terlebih dahulu ! apakah penduduk kota sudah aman ?,” tanya Ayahku panik.
“sebagian dari mereka ada yang tetap tinggal dirumah, enggan untuk meninggalkan kampungnya. Mereka bermaksud menghadapi Israel !,” seru paman Amir.
“masya Allah! Coba kau ajak mereka untuk berlindung, tapi jika mereka enggan..semoga Allah melindungi mereka..kembalilah ketempat yang aman!!,”perintah Ayahku. Aku tak habis pikir seperti apa kejamnya orang-orang itu sampai kami harus berbuat seperti ini, meninggalakan kampung halaman tercinta. Entahlah..
***
Duar..! Duar …!!!!! Dor..Dor..! Diatas kudengar ledakan bom besar serta beberapa bunyi pistol yang ditembakkan. Aku hanya bisa berdoa demi keselamatan saudara-saudaraku diatas sana. Ya Allah, semua terjadi begitu cepat dan tidak disangka-sangka. Apa yang mereka lakukan ? pertanyaan itu berkali-kali terlintas dibenakku.
Pagi telah tiba, tapi itu tidak membuat gudang terang karena aku yakin cahaya matahari tidak akan pernah bisa masuk. Dan kami terkurung di gudang yang pengap dan gelap ini. Dan itu membuatku berfikir bahwa aku takkan pernah bisa bebas seperti dulu lagi. Tiba-tiba Ayahku membuka pintu gudang sepertinya ia hendak untuk keluar.
“ayah..ayah mau kemana ?,”tanyaku
“ayah ingin mengunjungi keluarga paman Amir !,”jawab Ayahku dengan senyuman khasnya. Segera dia beranjak dari hadapanku.
Namun setelah dua jam kemudian, ayahku tak kunjung kembali, Ibu terlihat cemas.
“Bu, aku kan menjemput Ayah..,”kataku
“Jangan Mirah ! Diluar sangat berbahaya.. Ibu tidak ingin kamu..,”omongan Itu terputus. Tiba-tiba dari arah pintu gudang terdengar bom, Duar..!!!! seketika itu juga pintu gudang terbuka dan hancur berkeping-keping. Jantungku berdegup kencang..aku tak pernah setegang ini, apalagi saat kutahu ada beberapa orang berbaju militer pun berpakaian hitam pekat muncul dari pintu. Dalam hati kuterus memanjatkan do’a. ya Allah lindungilah aku..
###
Orang-orang itu menyeretku dan Ibuku dengan kasar. Mereka membawa kami kesebuah tempat yang lebih gelap dari gudang yang kutempati sebelumnya, sebuah tempat lembab yang dipenuhi oleh jeruji besi. Mereka membiarkan kami ketakutan dan tertekan.
Disini kumelihat orang-orang yang sedang dicambuk, dikupas kuku dan kulitnya, disetrum, bahkan ada yang dihukum mati ditempat. Aku menangis tanpa suara. Dan dipojok ruangan itu, kulihat sesosok tubuh yang sangat kukenal, penuh dengan memar cambukan, berlumuran darah..Ayahku..
“Ayah..!Ayah..! Hiks..apa yang terjadi..hu..hiks..hiks..
apa ? ,”apa yang kalian inginkan dari kami ?!..apa ? …..,”teriakku penuh emosi.
Aku tak tahan melihat Ayahku yang sudah tak bernyawa lagi, berselimut darah merah segar..beliau tak pantas mendapatkan ini ! beliau orang mulia ! karena begitu marah kucoba tuk memukul salah seorang dari penjajah itu, namun dia membalasku dengan tamparan yang membutku langsung pingsan..ya Allah tolong aku…
Aku kini takpunya siapa-siapa lagi. Ayahku terbunuh, ibuku entah dimana ? mereka membawanya pergi.. mereka memisahkannya dariku..perasaanku kini benar-benar perih..sedih, marah, kecewa, dendam bercampur menjadi satu. Dan nasibku ? entahlah..aku sudah pasrah pada Allah..semua do’a sudah kupanjatkan..dan ketika pistol itu ditodongkan kepadaku..ya Allah..ampuni dosaku….
************************************
Rabu, 23 Juni 2010
The Dark Time
Posted by Majalah Assalwa on 6:35:00 PM. Cerpen -
Assalwa Community