Assalwa Community

Premium WordPress Themes

Search

Minggu, 02 Mei 2010

Menumbuhkan minat menulis Santri

Ditulis Oleh : Ust. Ahmad Suharto, S. Ag*

Pendahuluan

“ Inkonstitusional “ hanyalah judul sebuah kolom kecil Dr. Amin Rais di harian umum Republika. Isinya membongkar praktek busuk eksploitasi SDA oleh penguasa orde baru yang sarat dengan KKN. Presiden pun marah besar, koran Republika mendapat teguran keras dan penulisnya dinonaktifkan dari dewan pakar ICMI. Namun seperti korek api yang dinyalakan diatas bensin, kolom ini dengan cepat menyulut api perlawanan dari masyarakat terhadap kesewenang-wenangan rezim penguasa, gerakan reformasi pun bangkit, dengan semboyan berantas KKN melengserkan penguasa orde baru.
Sebuah kolom telah merubah sejarah dan melahirkan gerakan reformasi yang lama dirindukan. Keberanian penulis menjadi translator aspirasi masyarakat, kejeliannya membongkar berbagai penyimpangan yang dibungkus kebohongan publik, ketajaman analisanya yang disertai data dan fakta, serta kekuatan kalimat dan paragraph yang kokoh, telah mendapatkan momentumnya yang tepat dan melahirkan kekuatan dahsyat. Kadang pena memang lebih tajam dari pedang.

Definisi

Menulis adalah aktifitas merumuskan kembali berbagai masalah yang pernah dialami dan dibaca pada waktu lalu, direkonstruksi ulang dan dikompilasikan untuk diolah menjadi sebuah tulisan. Menulis adalah profesi terbuka. Semua orang bisa menjadi penulis, tetapi tidak semua orang bisa menulis, karena enggan melalui prosesnya. Modal yang diperlukan untuk seorang penulis adalah ketekunan, tidak gampang putus asa, dan keinginan yang kuat untuk maju. Ada tiga langkah kreatif yang harus dilalui seorang penulis yaitu : a. substansi, terdiri dari bahan-bahan tulisan yang dikembangkan dari ide, kemudian dikembangkan dalam pola yang tersusun rapi dengan bahasa yang tepat. b. Setrategi, baik dalam mengumpulkan informasi dan bahan tulisan, cara mengungkapkan, menggabungkan ide, membatasi topic dan menguraikannya dalam tulisan c. style, gaya penulis dalam bertutur. Ada yang menyebutkan bahwa proses kreatif dalam menulis ada lima a. tahap persiapan b. tahap inkubasi c. saat inspirasi d. tahap penulisan dan e. tahap revisi.

Teori Menulis

Untuk pemula sebaiknya mempelajari teori menulis, yang dijadikan pakem dan ketentuan umum. Teori akan menjadi pegangan dasar sehingga penulis bisa menghindari pengulangan kesalahan yang tidak perlu. Para penulis besar adalah juga orang-orang yang sangat menguasai teori dan tehnik penulisan. Seorang yang ingin membangun rumah, tidak boleh tidak harus menguasai konstruksi dasar pembangunan, kalau tidak ingin rumahnya mudah roboh. Namun, teori menulis hanyalah seperti jalan raya yang dilalui kebanyakan orang. Jalan raya hanya akan mengantarkan anda ke tempat-tempat umum, tidak sampai ke tempat-tempat khusus dan istimewa. Karena itu, bila hanya terpaku pada teori, bisa jadi tulisan anda bagus tetapi tidak istimewa, anda hanya menjadi bagian dari penulis kebanyakan. Bila ingin istimewa, anda harus senantiasa mengembangkan kreatifitas diri dan memiliki kemampuan berimprofisasi.


Banyak Latihan

Anda merasa tidak punya bakat menulis ?. Tidak usah khawatir, karena seorang penulis yang handal hanya membutuhkan 10 % dari bakatnya, sedang yang 90% merupakan hasil kerja keras dan latihan yang ulet. Bakat memang tidak bisa diberikan oleh seorang guru, namun setiap orang bisa belajar dan berusaha mencari serta menggali bakatnya. Manusia adalah makhluk serba bisa, mempunyai potensi luar biasa, asal mau belajar, membedah otak pun bisa dilakukan, apalagi menulis. Anda kesulitan untuk memulai menulis ?. Tidak usah risau, mulai saja menulis tentang apa saja, kalau kurang memusaskan nanti bisa diperbaiki secara bertahap. Perjalanan seribu kilo meter harus dimulai dengan ayunan langkah kaki pertama. Seperti orang belajar berenang, semakin lama, semakin terbiasa dan semakin lancar. Dengan banyak berlatih menulis, anda telah mengalami proses evolusi. Tulisan anda kurang bernas dan berbobot ?. Baik, itu tandanya anda ingin maju. Jangan putus asa, terus saja menulis, nanti bobotnya pasti akan meningkat. Anda harus melalui tahapan demi tahapan ( latarkabunna thobaqon ‘an thobaq) , harus mengikuti proses, jangan hanya langsung ingin mendapatkan hasil tanpa proses. Bidang apa yang anda tekuni dalam tulisan-tulisan anda ?. Tidak usah bingung, penulis pemula sebaiknya mencoba menulis banyak topik dalam kehidupan, nanti akan terkristal sendiri bidang kajian yang sesuai dengan selera dan kecakapan anda. Yang penting anda mempunyai kemauan, tentang kemampuan bisa diasah. Yang pokok anda mempunyai motivasi kuat dan pantang menyerah.
Penulis besar pun sering masih membutuhkan warming up dalam draft sebelum melahirkan karya final. Sastrawan zaman dahulu memanfaatkan batu tulis untuk menuangkan ide-ide spontanitasnya, baru kemudian diabadikan dalam daun lontar setelah mengalami proses inkubasi dan kematangan. Latihan menulis, perlu dilakukan terus menerus seperti seorang pelukis yang melatih dirinya dengan membuat sketsa-sketsa, sampai ia mampu memberikan gambaran jelas dan tajam melalui sketsanya. Pelukis yang piawai dengan menggunakan sedikit garis mampu memberikan gambaran jelas, seperti halnya juga penulis yang baik, tidak akan melakukan pemborosan kalimat, dan hal ini harus sering dilatih. Garis-garis yang kuat adalah hasil latihan bertubi-tubi, demikian pula kalimat-kalimat yang kokoh hanya bisa lahir dari penulis yang terlatih.

Meluaskan Wawasan

Faqidussyai la yu’thi, seseorang yang tidak punya sesuatu tidak akan bisa memberi. Karena itu seorang penulis harus selalu memperkaya ide dan pemikirannya, melalui pengamatan dan perenungan, meluaskan wawasan, memperbanyak bacaan yang vareatif dan pengalaman, mempersering diskusi dan silaturahim, mempertajam bashirah (ketajaman bathin ) dengan tazkiyatunnafs dan memelihara kebeningan hati. Dan tentu saja harus banyak memohon kepada Allah agar mendapat taufiq dan ilham untuk menulis. Sebuah bejana bila terus-menerus diisi air, pasti akan tumpah dengan sendirinya, sedang bejana kosong dituang bagaimana pun tidak akan bisa mengeluarkan air.

Memulai Tulisan

Untuk memulai sebuah tulisan anda harus mempunyai sebuah ide, bila belum menemukan carilah melalui pengamatan, renungan, bacaan, ataupun mendengarkan berita. Bila ide sudah anda dapatkan, anda tinggal mengolahnya, menjadi masakan apa yang anda sukai. Disini kemampuan anda dalam berkomunikasi dengan diri sendiri sangat menentukan ( intrapersonal communication ) melalui perenungan, analisa dan dikaitkan dengan wawasan serta pengalaman anda lainnya. Barulah kemudian anda mencoba untuk menuangkannya dalam bentuk tulisan, lebih baik bila anda mempunyai waktu-waktu tertentu yang kondusif untuk menulis. Tuangkan semua kemampuan anda, apa pun jadinya. Endapkan untuk beberapa saat, edit kembali, perbaiki beberapa kesalahan, hilangkan bahasa dan kalimat yang tidak efektif, masukkan data dan fakta serta teori yang akan memperkaya tulisan anda dan kalau anda berkenan, bisa minta tolong kepada seorang teman untuk memberikan pernilaian atas tulisan anda.

Mengatasi Hambatan

Sering terjadi saat kita asyik menulis, tiba-tiba macet, tidak tahu apa yang mesti ditulis. Pada saat seperti itu tidak banyak manfaatkan memaksakan diri. Lebih baik anda memanfaatkan waktu untuk mencari tambahan referensi, fakta dan data. Ambil beberapa buku untuk dibaca, atau pergi ke toko buku, mencari buku yang berkaitan dengan bahan tulisan. Bisa juga berdiskusi dengan teman dekat tentang topik yang sedang ditulis, atau membuat out line yang lebih tegas lagi. Intinya anda bisa refressing dengan kegiatan lain, tetapi tetap berkaitan dengan topik tulisan anda.

Kemampuan Bahasa

Kemampuan berbahasa dengan baik ikut menentukan bobot tulisan anda. Sebuah artikel terdiri dari banyak paragraph, setiap paragraph dibangun dari susunan banyak kalimat, kalimat terdiri dari kata-kata. Seorang penulis harus piawai dalam memilih kata yang tepat, menyusun kalimat yang efektif, membangunan paragraph yang padat berisi, logis dan mengandung suatu pokok pikiran tegas, kemudian disusun dalam sistimatika yang runtut, teratur dan menarik dalam bentuk tulisan.
Supaya kalimat dalam tulisan efektif hendaknya hal-hal yang tidak mempunyai relevansi dengan bahasan dibuang jauh, demikian pula basa-basi, pengulangan yang tidak perlu dan kalimat yang bertele-tele ( panjang tanpa arah yang jelas ). Penulis juga harus hati-hati dalam membuat statemen, jangan mudah-mudah mengeneralisasi masalah, penggunaan istilah asing yang tidak tepat serta ungkapan-ungkapan yang emosional juga perlu dihindari.


Menjaga Kontinuitas

Bila anda sudah bisa menulis, teruslah menulis, jaga kontinuitas tulisan anda, terus asah kemampuan anda, tidak mesti setiap tulisan untuk dimuat di media masa. Bisa saja yang anda tulis adalah keadaan dan aktifitas sehari-hari. Pada saat yang sama anda harus terus memperkaya wawasan, memperbanyak bahasan, diskusi, membuat kliping, mengadakan pengamatan, kontemplasi dll. Supaya sumber tulisan terus basah dan mengalir.

Meningkatkan Profesionalitas

Bila pekerjaan menulis hanya menjadi sampingan, dilakukan secara amatiran, teori dan tehnik penulisan diabaikan, proses kreatif tidak ditumbuhkan, latihan yang intensif tidak dilakukan, lebih mengandalkan bakat 90 % dan baru kerja keras 10 %, tampaknya sulit bagi kita untuk menemukan penulis yang berkwalitas. Menulis adalah sebuah craft ( ketrampilan ), seorang penjahit yang baik harus menguasai pola jahitan, tehnik pemotongan, cara pengukuran dll dan kemudian banyak mencoba, demikian pula seorang penulis. Atlit professional menghabiskan waktu yang lama untuk berlatih, mempelajari dan menguasai teori serta mengikuti berbagai pertandingan. Tidak ada salahnya bila penulis professional mempunyai pilihan bidang tulisan yang spesifik, menjadi penulis artikel ilmiah, fiksi, cerpen, puisi, berita, novel atau apa saja sesuai dengan kecenderungannya.


Pondok dan Budaya Menulis

Kiyai Zarkasyi pernah menyatakan seandainya tidak ada murid yang akan diajar, beliau tetap akan mengajar masyarakat dengan pena. Kiyai Sahal juga sering mengutarakan harapan beliau untuk mengajar dunia dari Gontor. Mengajar dunia dari Gontor bisa melalui para alumninya, bisa juga melalui tulisan. Al-hamdulillah sudah cukup banyak para alumni Gontor yang berprofesi sebagai jurnalis dan kolumnis, setelah mereka kembali ke masyarakat. Namun kita yang berada di dalam Pondok sendiri masih kurang produktif menulis.
Pelajaran insya’, mempunyai andil besar dalam membangun budaya menulis santri. Majalah dinding yang terbit setiap pekan antar mantiqoh ( asrama ) melatih kita bukan saja bagaimana menulis, tetapi juga bagaimana mengorganisir sebuah penerbitan sederhana. DP ( Darussalam Pos ) cukup memberikan warna dalam tradisi tulis-menulis, khususnya tentang pemberitaan. Peranan DP semakin signifikan dengan mengadakan pelatihan dan kursus jurnalistik tahunan yang diikuti sejumlah besar santri. Majalah Himmah, Itqon dan kemudian Gontor memberikan fasilitas dan kesempatan yang cukup banyak kepada kita untuk berlatih menulis. Halaqoh, diskusi dengan makalah-makalah yang tertulis, termasuk buletin yang terbit setiap jum’ah ikut membangkitkan semangat menulis antri. Kita tentu masih menunggu akan banyak buku yang akan ditulis oleh para asatidz, dosen, mahasiswa atau bahkan disusun oleh para santri. Kafaah mereka cukup, kesempatan bisa dikompromi, tinggal kemauan mereka mungkin yang perlu didorong.
Bahan-bahan tulisan berserakan di setiap sudut Pondok. Perpustakaan ISID dan Pondok mengoleksi ribuan kitab, dalam berbagai disiplin ilmu.Media massa, baik cetak maupun elektronik ( internet ) sebagai penghantar berita dan informasi actual sangat mudah diakses. Para pakar dalam berbagai disiplin ilmu agama dan social cukup melimpah, sebagai rujukan dan tempat bertanya. Kesempatan berdiskusi dengan teman dan senior senantiasa terbuka. Pondok dengan dinamika aktifitasnya yang padat bisa menjadi sumber inspirasi bahan tulisan yang tidak ada habisnya.
Untuk menerbitkan tulisan, kita tidak mendapati banyak kesulitan. Program komputer yang semakin canggih dan lengkap. Foto copy dan percetakan kita sangat representative, penerbitan, kita juga sudah punya. Segala sesuatu yang dibutuhkan untuk tulis-menulis sudah tersedia, bahan, sarana, media, kesempatan. Alasan apa lagi yang akan kita cari-cari untuk tidak memulai menulis ?.

Selamat mencoba !!!!!!!.................................



* Ust. Ahmad Suharto, S. Ag adalah Bapak Pengasuh Pondok Modern Gontor 3 Kediri, yang sekarang Sebagai Direktur KMI Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo Indonesia.

Sabtu, 01 Mei 2010

Mading Perdana Telah Terbit

Kesykuran...
Alhamdulillah, berkat kerja keras tanpa henti,
staf redaksi berhasil menerbitkan Mading Perdana Assalwa (Bintu Nahl:nama lama),
 
Mau lihat? Ayo datang aja ke depan Gedung Santiniketan,
disitu sudah terpampang jelas. 

Gak nyesel deh!
 
Tapi jangan heran kalau harus desak-desakan dengan yang lain, maklum pembacanya berjubel, heheheeee.......

Banyak informasi yang didapat.

Atau punya artikel? 
krim aja ke redaksi, di gedung Alighar lt. 2.

ditunggu ya.....